MENYIKAPI TAKDIR DAN NASIB
TAKDIR
https://khazanah.republika.co.id/berita/q2xz96366/tiga-definisi-takdir-menurut-islam
Takdir dalam Alquran terdapat dalam Alquran Surah Al Anam ayat 96, Surah Al Furqan ayat 2, Surah Yasin ayat 38, dan Surah Fussilat ayat 12. Keseluruhan ayat tersebut terdapat tiga kesimpulan.
Pertama, takdir berlaku untuk fenomena alam, artinya hukum dan ketentuan dari Tuhan mengikat perilaku alam sehingga hukum sebab akibat yang terjadi di alam ini dapat dipahami manusia.
Kedua, takdir Tuhan terkait hukum sosial (sunnatullah). Hukum ini melibatkan manusia di dalamnya. Ketiga, akibat dari takdir dalam arti hukum kepastian Allah yang baru diketahui setalah berada di akhirat.
Takdir yang seperti ini yang harus diyakini dengan keimanan. Selama manusia masih di dunia, dampaknya belum bisa dibuktikan hanya melalui Alquran, manusia membayangkannya saja. Inilah yang disebut qadarullah, nasib manusia yang ditentukan oleh perbuatannya selama di dunia.
ALLAH MENENTUKAN TAKDIR SAYA
, SEMENTARA SAYA MENENTUKAN NASIB SAYA ATAS IZIN NYA, KARENA TUGAS SAYA ADALAH
MEMILIH BERBAGAI ALTERNATIF DARI TAKDIR YANG SUDAH DITENTUKAN. TAKDIR ADALAH
KETENTUAN YANG TELAH DI BUAT OLEH ALLAH UNTUK MANUSIA SELAMA HIDUPNYA .TAKDIR
ADALAH SUNNATULLAH, NAMUN MEMILIH NASIB ADALAH HAK YANG DIBERIKAN ALLAH UNTUK
SAYA YANG HARUS SAYA MANFAATKAN SEBAIK-BAIKNYA.
(Syukron Sazly)
Sumber Bacaan Dan Inspirasi :
Menurut Quraish Shihab "Takdir
itu pilihan kita, tetapi pilihan itu tidak keluar dari apa yang disiapkan Tuhan," .
Pria berusia 75 tahun itu kemudian
memberikan contoh mengenai takdir yang dipilih.
"Saya beri contoh, satu orang
bersandar di tembok yang rapuh. Bersandar temboknya runtuh. Itu
takdir," ujarnya.
"Kalau dia berpindah di tempat
lain, tapi temboknya tidak rubuh, itu takdir juga," tambahnya.
Diterangkan Quraish, setiap orang
bisa memilih takdir-takdir yang ada, namun tetap sesuai dengan kehendak Allah.
"Takdir pilihan, kita tidak
bisa keluar dari takdir," katanya.
"Karena itu pilihan, maka kalau
pilihannya sesuai dengan kehendak Allah, maka itu
direstuinya," terang Quraish Shihab
Takdir merupakan hukum sebab akibat
yang berlaku secara pasti sesuai dengan ketentuan Allah SWT, yang baik maupun
yang buruk. Sedangkan ikhtiar merupakan kebebasan atau kemerdekaan manusia
dalam memilih serta menentukan perbuatannya.
Dalam bahasa Arab, takdir disebut qadara atau yuqaddiru atau taqdir. Arti harfiahnya adalah ukuran, ketentuan, kemampuan, dan kepastian.
Sedangkan ikhtiar dalam bahasa Arab adalah ikhtara atau yakhtaru atau ikhtiyar yang berarti memilih. Kata ini seakar dengan kata khayr yang berarti baik. Ikhtiar dapat pula diartikan memilih yang lebih baik diantara yang ada. Berikut definisi takdir dalam Islam.
Dalam bahasa Arab, takdir disebut qadara atau yuqaddiru atau taqdir. Arti harfiahnya adalah ukuran, ketentuan, kemampuan, dan kepastian.
Sedangkan ikhtiar dalam bahasa Arab adalah ikhtara atau yakhtaru atau ikhtiyar yang berarti memilih. Kata ini seakar dengan kata khayr yang berarti baik. Ikhtiar dapat pula diartikan memilih yang lebih baik diantara yang ada. Berikut definisi takdir dalam Islam.
Sumber Bacaan dan Inspirasi :
https://khazanah.republika.co.id/berita/q2xz96366/tiga-definisi-takdir-menurut-islam
Takdir dalam Alquran terdapat dalam Alquran Surah Al Anam ayat 96, Surah Al Furqan ayat 2, Surah Yasin ayat 38, dan Surah Fussilat ayat 12. Keseluruhan ayat tersebut terdapat tiga kesimpulan.
Pertama, takdir berlaku untuk fenomena alam, artinya hukum dan ketentuan dari Tuhan mengikat perilaku alam sehingga hukum sebab akibat yang terjadi di alam ini dapat dipahami manusia.
Kedua, takdir Tuhan terkait hukum sosial (sunnatullah). Hukum ini melibatkan manusia di dalamnya. Ketiga, akibat dari takdir dalam arti hukum kepastian Allah yang baru diketahui setalah berada di akhirat.
Takdir yang seperti ini yang harus diyakini dengan keimanan. Selama manusia masih di dunia, dampaknya belum bisa dibuktikan hanya melalui Alquran, manusia membayangkannya saja. Inilah yang disebut qadarullah, nasib manusia yang ditentukan oleh perbuatannya selama di dunia.
Definisi Teologi Islam
Dalam teologi Islam, Tuhan berkehendak mutlak. Allah yang menciptakan alam, termasuk manusia. Karena itu, kebebasan manusia sangat kecil di hadapan Tuhan.
Dalam teologi Islam, Tuhan berkehendak mutlak. Allah yang menciptakan alam, termasuk manusia. Karena itu, kebebasan manusia sangat kecil di hadapan Tuhan.
Secara alamiah sesungguhnya manusia
telah memiliki takdir yang tidak bisa diubah. Manusia secara fisik tidak bisa
berbuat lain kecuali mengikuti hukum alam.
Tetapi manusia memiliki daya kreatif. Inilah yang menyebabkan manusia bebas berpikiran dan berkehendak.
Kehidupan manusia, menurut teologi Asy'ariah, merupakan realisasi dari apa yang digariskan Tuhan pada saat azali, baik kehidupan yang baik ataupun yang buruk, beruntung atau merugi, dan senang atau menderita. Manusia akan menjalani semua ini sejak lahir sampai mati.
Tetapi manusia memiliki daya kreatif. Inilah yang menyebabkan manusia bebas berpikiran dan berkehendak.
Kehidupan manusia, menurut teologi Asy'ariah, merupakan realisasi dari apa yang digariskan Tuhan pada saat azali, baik kehidupan yang baik ataupun yang buruk, beruntung atau merugi, dan senang atau menderita. Manusia akan menjalani semua ini sejak lahir sampai mati.
Takdir Bukan Sekadar Pasrah
Takdir tidak sama dengan menerima nasib secara pasrah, dalam arti tidak mau berusaha sama sekali. Doktrin tentang takdir dalam Islam tidak mengarahkan manusia ke sikap fatalistik atau menyerah kalah kepada nasib (fate).
Islam sangat menekankan pentingnya usaha dan amal perbuatan. Dalam Alquran dinyatakan manusia tidak akan mendapatkan sesuatu selain yang dia usahakan, dan bahwa hasil usahanya itu akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan dibalas dengan balasan yang setimpal sesuai Surah An Najm ayat 39-41.
Takdir tidak sama dengan menerima nasib secara pasrah, dalam arti tidak mau berusaha sama sekali. Doktrin tentang takdir dalam Islam tidak mengarahkan manusia ke sikap fatalistik atau menyerah kalah kepada nasib (fate).
Islam sangat menekankan pentingnya usaha dan amal perbuatan. Dalam Alquran dinyatakan manusia tidak akan mendapatkan sesuatu selain yang dia usahakan, dan bahwa hasil usahanya itu akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan dibalas dengan balasan yang setimpal sesuai Surah An Najm ayat 39-41.
Ayat inl sering dijadikan nujukan
pandangan bahwa makna takdir harus diletakkan secara proporsional. Bertopang
dagu sambil menerima nasib merupakan salah satu gejala fatalistik.
Komentar
Posting Komentar